“Penyakit Misterius” Puteri Bocah Wanita 8 Tahun Lemas Tak Berdaya

Bidikhukumnews.com// Sukabumi – Puteri merupakan anak bungsu dari pasangan Wandi (43 tahun) dan istrinya Ani Suryani (33) warga Kampung Cilutung, RT 01/ RW 02 Desa Girijaya, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

“Kesehariannya ya tidur saja, duduk pun tak bisa,” ungkap Ani Suryani ibu dari 3 anak yang dua diantaranya duduk dibangku SMP, Jumat (03/11/2023).

Lebih jauh menurut Ani, jangankan untuk bisa duduk dan beraktivitas, untuk makan pun Dia terpaksa harus mengunyah makanan untuk buah hatinya.

“Kondisi anak lemas, dia tidak bisa mengunyah, jadi kalo makan itu dikunyah sama ibunya, baru bisa makan,” keluhnya.

Belum diketahui secara pasti penyakit apa yang menimpa Puteri namun jika melihat kondisi tubuhnya besar kemungkinan bocah 8 tahun itu mengalami stunting.

 

“Sejak lahir memang ada kelainan, setelah usia dua tahun sempat dibawa ke dokter Rumah Sakit Bunut, kata dokter harus diajukan terapy, berobat jalan,” terang Ani.

Bukan saya gak mau lanjutkan berobat tapi gimana karena faktor keuangan,” sambung Dia.

Jangankan untuk bisa berobat untuk bertahan hidup dirasa cukup berat bagi Ani sementara Suaminya hanya pekerja serabutan buruh harian lepas dengan pendapatan sekitar 40 ribu rupiah perharinya.

Namun semangat tak kunjung padam, Sang Ibu percaya jika Puteri buah hatinya sembuh dan hidup seperti layaknya anak lain.

“Harapan saya cuma satu ada yang memperhatikan kesehatan ini anak, siapa tahu dengan berobat dia bisa sembuh, saya optimis dia bisa jalan,” tegasnya.

Disinggung terkait program bantuan Pemerintah yang mereka dapatkan, Ani mengaku menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) namun untuk bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) telah sekian lama tidak kunjung cair.

“BPNT yang beras itu saya dapat, untuk PKH sempat dapat juga tapi sekarang beberapa giliran ga keluar uang PKH-nya,” tukasnya.

Ani berharap Pemerintah bisa lebih memperhatikan kondisi anaknya terutama untuk bisa berobat karena Ani mengaku dia tidak memiliki KIS (Kartu Indonesia Sehat).

“Sedari awal kan mereka (pihak desa) tahu kondisi anak saya, pengennya saya tuh mereka menanyakan gimana perkembangannya tapi ini kan boro-boro ada yang datang seperti dari posyandu misalnya,” ujar Ani Suryani

Ditemui terpisah, Teten Sutendi, Puskessos Desa Girijaya, menyebut pihaknya telah melakukan upaya memasukan keluarga Ani Suryani ke data DTKS, sementara untuk bantuan makanan tambahan bagi anak penderita stunting berasal dari tingkat Pusat.

“Untuk data itu dari pusat, tiba-tiba ada aja, jadi sudah dari Danom,” kata Tendi.

Disinggung terkait penyebab keluarga Ani Suryani tidak memiliki KIS sehingga mereka tidak bisa mengakses kesehatan secara gratis, Teten menjelaskan.

KIS yang dulu sama yang sekarang itu ada perbedaan data, ada perbedaan NIK kalau gak salah,” ungkapnya

 

Afrizal (kaperwil jawa barat)